Quantcast
Channel: Merek Mobil | AutonetMagz :: Review Mobil dan Motor Baru Indonesia
Viewing all 9854 articles
Browse latest View live

Mitsubishi Eclipse Cross Hadir di Brunei Dengan Mesin 2.000cc Non Turbo!

$
0
0

AutonetMagz.com – Indonesia menjadi negara yang spesial bagi pabrikan asal Jepang, Mitsubishi. Yap, bagaimana tidak, di negeri kita tercinta inilah pihak Mitsubishi Motors meluncurkan LMPV terbaru andalan mereka yaitu Mitsubishi Xpander untuk pertama kalinya di dunia. Namun di satu sisi, saat negara lain sudah mendapatkan Mitsubishi Eclipse Cross, negara kita masih belum menerima kehadiran small SUV terbaru Mitsubishi ini.Mitsubishi Eclipse Cross sendiri memang tak sepopuler Mitsubishi Xpander yang masuk ke segmen pasar LMPV yang notabene adalah pasar yang gemuk di Indonesia. Namun, kenyataanya Mitsubishi Outlander Sport yang punya kelas kurang lebih sama dengan Mitsubishi Eclipse Cross sudah terlihat berumur, dan butuh segera diperbaharui, atau malah diganti model lain. Dan Mitsubishi Eclipse Cross sendiri bisa menjadi solusi paling instan jika Mitsubishi Motor Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) ingin terus eksis di segmen small SUV. Namun kabar terbaru, Mitsubishi Eclipse Cross yang belum masuk ke Indonesia itu malah menyambangi negeri tetangga (lagi).

Baca juga : Penjualan Outlander Sport merosot, perlu Eclipse Cross segera!

Setelah Singapura, Taiwan, dan Amerika Serikat, kini negeri yang sepulau dengan kawasan Indonesia di pulau Kalimantan yaitu Brunei Darussalam mendapatkan kesempatan untuk bisa mencicipi Mitsubishi Eclipse Cross lebih dulu. Mitsubishi Eclipse Cross sendiri akan hadir di Brunei Darussalam dalam dua skema mesin, yaitu mesin 1.500cc Turbo 4B40 yang tentunya sudah tak asing bagi kita, dan yang menarik adalah mesin 2.000cc MIVEC 4B11 naturally aspirated bertenaga 110 PS pada 6.000 rpm dan torsi 198 Nm pada 4.200 rpm. Untuk mesin 2.0L ini sendiri ditawarkan dalam trim GLX dan GLS, dengan opsi penggerak dua atau empat roda dan transmisi hanya CVT saja.

Sedangkan untuk mesin 1.500cc Turbonya akan dipasangkan dengan pilihan transmisi CVT atau transmisi manual 6 percepatan, menarik. Sistem gerak dua roda dan empat roda juga akan diberikan di versi mesin turbo ini. Menarik tentunya mengapa pihak Mitsubishi Brunei Darussalam memberikan opsi mesin 2.0L untuk Mitsubishi Eclipse Cross, karena secara peforma, jelas Mitsubishi Eclipse Cross Turbo lebih superior dengan tenaga 160 hp dan torsi 250 Nm, namun di varian ini pula ada pilihan transmisi manual, apakah memang mengejar pecinta peforma? Bisa jadi. Namun yang jelas, nampaknya varian 2.0L akan berada satu tingkat di bawah varian Turbo dengan trim dan opsi penggerak yang sama.

Nah, belum jelas berapa harga Mitsubishi Eclipse Cross di Brunei Darussalam, namun yang jelas, negeri tetangga kita ini akan mendapatkan unit Mitsubishi Eclipse Cross sebelum Indonesia. Kabarnya, Mitsubishi Eclipse Cross sendiri akan menjadi produk yang siap dirilis MMKSI di tahun 2018 ini. Kapan tepatnya? Kita tunggu saja perkembangan kabarnya. Bagaimana menurut kalian kawan?


Nissan Juke 2018, Hadir di Geneva Dengan Ubahan “Spesial”

$
0
0

AutonetMagz.com – Bosan sekali kami melihat Juke, ya…. pada dasarnya model terbaru Nissan Juke agak kurang banyak beredar di jalanan kita ya, meski pada saat baru keluar mobil ini cukup nyentrik dan berani tampil beda, seakan ditujukan bagi anak gaul. Entah mengapa ada suatu love and hate feeling melihat mobil ini, pun dengan minor change ala – ala 370 Z juga tidak membuatnya gimana – gimana banget.


Kami kira Juke sudah enggan untuk bertengger di pagelaran sekelas Geneva Motor Show. Ternyata kami salah, Juke masih ingin tampil dengan ubahan “spesial”. Apa sih yang “spesial” dari Nissan Juke 2018 ini? Sebut saja grill V-motion dark chrome, bezel headlamp, spion, velg baru serta striping beraneka warna.

Entah kami yang salah atau memang begitu, kok kami merasa ubahan di Juke yang baru saja kami sebutkan ini tidak terasa sama sekali ya kecuali striping yang berwarna itu? Katanya sih bumper depan dan belakang juga berbeda, mungkin kami kurang jeli ya.

Untuk fitur sendiri Nissan memberikan foglamp LED sebagai standar karena sebelumnya merupakan opsi tambahan. Hal yang menurut kami oke sih penambahan speaker Bose di headrest-nya, dan lagi – lagi memang ditujukan untuk anak gaul ya mobil ini.

Pada varian paling mahalnya sudah dilengkapi jok kulit, Around View Monitor, Lane Departure Warning dan Blind Spot Warning, lumayan lah ya, jadi tidak hanya menor change. Kami menyebutnya perubangan yang bikin menor jika mobil baru hanya ditambahkan pernak pernik di eksteriornya saja.

Meski begitu kami rasa di Geneva ia hanya akan memenuhi tempat saja, sungguh amat disayangkan, seharusnya Nissan segera memperbarui Juke dengan All New model. Bagaimana menurut kalian dengan Nissan Juke 2018 yang baru saja ditampilkan di Geneva Motor Show?

Koenigsegg Puji Aston Martin Valkyrie, Namun AMG dan McLaren Beda Soal

$
0
0

AutonetMagz.com – Jarang kita mendengar petinggi suatu merek mobil memuji merek lain, terutama yang jadi rival langsung di pasaran. Alasannya tentu saja gengsi, karena kan tidak ada kecap nomor dua. Contohnya Rolls-Royce, yang mengomentari Bentley Bentayga sebagai “Audi Q7 dipermewah.” Atau bagaimana dengan Elon Musk yang bilang,”Kalau kamu gagal di Tesla, kamu pindahnya ke Apple.

Meski begitu, bukan berarti tidak ada petinggi merek mobil yang mau memuji merek lain dengan sukarela dan senang hati. Akio Toyoda misalnya, di mana presiden Toyota ini pernah menyampaikan beberapa mobil kesukaannya yang bukan bermerek Toyota. Mobil-mobil itu adalah Isuzu Bellett, Mazda Cosmo Sport Roadster, Nissan Skyline, Honda NSX dan Mitsubishi Pajero. Tolong ya, yang Toyoda maksud Mitsubishi Pajero, bukan Pajero Sport.

Habis Toyoda, lanjut ke Koenigsegg. Christian von Koenigsegg sebagai pendiri Koenigsegg. Kalau levelnya Koenigsegg, ia pasti akan melihat supercar dan hypercar lain di Geneva Motor Show 2018 ini. Tiga mobil yang menjadi fokusnya adalah Aston Martin Valkyrie AMR Pro, Mercedes-AMG Project One dan McLaren Senna. FYI, ketiga mobil ini sudah mulai menyerempet arena tempat Koenigsegg bernaung.

Berbicara kepada Road & Track, bos Koenigsegg tersebut bilang kalau ia suka sekali dengan Aston Martin Valkyrie, namun Mercedes-AMG Project One dan McLaren Senna tidak mendapat pujian yang sama di benaknya. Alasan Koenigsegg menyukai Valkyrie adalah pesona ekstrim mobil itu yang bisa tetap tampil cantik namun tetap mengedepankan fokus utama sebagai mesin balap kelas kakap. Ia juga yakin suara mobilnya bakal bagus, soalnya ia pakai mesin V12 non-turbo.

Saat ditanya mengenai Mercedes-AMG Project One, ia tidak menyampaikan pujian yang tinggi. Koenigsegg aslinya sangat suka dengan perkembangan teknologi, dan ia suka teknologi mesin F1 yang dibenamkan di Project One. Sayangnya, desain Mercedes-AMG Project One terlihat sangat datar dan kurang gahar jika dibandingkan dengan teknologi ekstrim yang bersembunyi di balik kulitnya. Sebagai mobil F1 jalanan, Project One tidak sangar di matanya.

Kalau McLaren Senna, ia bilang kalau desainnya tidak seimbang dan cenderung “nabrak” saat melihat setiap elemen desainnya. Dibandingkan dengan Valkyrie, menurutnya aerodinamika yang sudah di taraf ekstrim tetap bisa dikemas dalam balutan eksterior yang cantik. Mengenai mobil Koenigsegg sendiri, tahun depan bakal ada pengganti Agera RS dan bukan mustahil Koenigsegg pakai desain Valkyrie sebagai referensi. Apa opinimu? Sampaikan di kolom komentar!

Test Drive Wuling Cortez : Feeling is Believing!

$
0
0

AutonetMagz.com – Wuling Indonesia di bawah naungan dari PT. SGMW Motor Indonesia memang sudah dua kali sukses memberikan kejutan pada pasar otomotif di Indonesia. Setelah sebelumnya pihak SGMW Motor Indonesia memberikan Wuling Confero S untuk bersaing di segmen LMPV, maka kini Wuling Cortez diposisikan sedikit lebih tinggi untuk bersaing di pasar MPV berukuran sedang. Nah, ketika kami menerima undangan untuk mencoba Wuling Cortez, maka jelas jawaban ‘Iya’ segera muncul dari kami.

Namun jika melihat trek yang disiapkan oleh pihak Wuling, jujur pada awalnya kami sendiri agak sangsi. Bagaimana tidak, trek menanjak ekstrim ke Gunung Bromo menjadi pilihan pihak Wuling, padahal mobil ini jelas-jelas adalah sebuah MPV bongsor, bukan SUV penjelajah tangguh yang pakai 4WD. Yap, keraguan memang muncul dari kami sendiri karena kami paham bahwa jalanan yang akan kami tempuh cenderung tak bersahabat. Sama halnya dengan kondisi cuaca di kawasan Malang secara khusus, dan Jawa Timur secara umum yang beberapa waktu ini juga sering diguyur hujan deras. Nah, hal inilah yang membuat perjalanan kali ini tak hanya menarik, namun juga ada sedikit bumbu menegangkan.

Sekilas Pandang

Jelas kalian sudah tak asing dengan sosok dari Wuling Cortezini, begitu unit yang akan digunakan sampai di starting point di dealer Wuling Malang, kami pun bisa melihat beberapa detail yang ada di Wuling Cortez versi produksi massal ini. Secara umum, ada perbaikan jika dibandingkan dengan versi pre-production yang sempat dites di Sentul oleh Hillsat beberapa waktu lalu. Beberapa koreksi minor seperti sambungan di bumper depan yang saat itu kurang rapi sudah membaik. Namun memang untuk bagian panel body belakang masih terlihat sedikit offside, namun bukan hal yang besar kok. Bagian yang tentunya menarik adalah pada kaki-kaki mobil ini, memang velg yang digunakan cukup oke, namun ukurannya terlihat sedikit kurang besar jika dibandingkan dengan proporsi badannya.

Nah, seperti yang kami beritakan sebelumnya, jika sudi ngolong ke bagian bawah mobil ini, maka kita akan melihat bahwa suspensi independen telah diberikan di Wuling Cortez tipe 1.8 L ini. Yap, untuk Media Test Drive bertajuk “Discover The New Choice Sensation” ini sendiri unit dari Wuling Cortez yang dibawa merupakan unit tertinggi dengan transmisi i-AMT pada semua unit. Penasaran kan bagaimana kalau transmisi AMT dipakai untuk menanjak di tanjakan Gunung Bromo? Mampukah? Tunggu di bagian berikutnya.

Kembali ke impresi kami, masuk ke sisi interior dari mobil ini, balutan kulit sintetis sudah menunggu di semua baris jok, sayangnya justru saat mencoba versi jok fabric-nya, kami lebih suka dengan jok fabric-nya yang lebih lembut, jok kulit sintetis milik Wuling Cortez ini cenderung keras. Kalau boleh nego sih, kami suka captain seat bawaan Cortez tertinggi, tapi kami bakal lebih suka kalau bahan kulitnya lebih empuk sedikit atau pakai bahan fabric saja tidak apa-apa deh, soalnya empuk.

Penggunaan jok elektrik jelas memanjakan pengemudi dan penumpang depan, namun sekali lagi, masih ada pekerjaan rumah untuk Wuling. Apa itu? Posisi konsol tengah dengan jok kulitnya bisa dikatakan sangat mepet, sehingga saat kita memajukan kursi pengemudi, akan ada bunyi gesekan antara kulit sintetis dan bagian plastik konsol tengah yang cukup mengganggu. Setir berlapis kulit, layar sistem infotainment yang enak dipandang dan penggunaan lapisan kulit di beberapa titik sukses membuat kabin mobil ini cukup nyaman untuk dihuni. Oh iya, ada juga panel kayu yang terlihat mahal di sisi dashboard dan juga doortrim, sayangnya, panel ini sangat mudah terlihat berdebu sehingga harus dibersihkan secara telaten.

Let’s Drive

Oke, perjalanan dimulai, disinilah kami mulai menyiapkan diri untuk keadaan terburuk, yaitu jika nantinya Wuling Cortez tak kuat menanjak. Berjalan dari Wuling Malang, kami singgah sebentar di Resto Javanine untuk makan siang. Dalam perjalanan yang cukup singkat ini, kami memposisikan Wuling Cortez di mode Eco dengan transmisi di posisi D. Pertama berjalan, terasa sekali bahwa transmisi i-AMT di mobil ini memang masih jauh dari kata halus. Selesai makan siang, kami mulai meluncur ke Bromo dengan checkpoint di Plataran Bromo. Jalanan panjang kearah pintu gerbang Malang yaitu Lawang mampu dijalani Wuling Cortez dengan baik. Kami mulai bermain dengan mode sport yang ada di Wuling Cortez yang nyatanya memang lebih asyik untuk digunakan.

Mengambil rute melalui kawasan Nongkojajar, kami langsung bersua dengan jalanan yang sempit, menanjak, dan juga hujan. Pada kondisi ini, transmisi masih berada di posisi D dengan mode sport. Konfigurasi tersebut masih mumpuni untuk melahap kontur jalan tersebut. Di rute ini pula kami banyak bertemu jalanan yang lubangnya bisa membuat pengemudi dan penumpang berkata kasar. Namun, secara umum suspensi dari Wuling Cortez ini mampu meredam guncangan dengan baik. Suspensinya tidak halus yang mental mentul, namun cenderung stiff namun nyaman, mirip-mirip mobil Eropa. Ingat, mirip ya, bukan sama. Kami masih bisa merasakan lubang yang dilewati, namun tak sampai membuat penumpang mual karena perutnya terkocok.

Beberapa titik di rute menuju Plataran Bromo ini memiliki karakter jalan menanjak dengan belokan yang sangat patah, sehingga membuat Road Captain yang dikemudikan oleh Bapak Ir. Sony Susmana dari Safety Defensive Consultant Indonesia mengkomandokan kami untuk berhati-hati, mengambil ancang-ancang, dan juga menggunakan mode manual. Nah, di sinilah sebenarnya kami sempat ragu akan peforma dari Wuling Cortez degan transmisi i-AMT-nya. Namun nampaknya keraguan kami tersebut perlahan sirna setelah beberapa tanjakan berhasil dilibas dengan mode manual dari Wuling Cortez ini. Namun ada sedikit catatan menarik, saat kami mulai menanjak, dan mengubah transmisi dari posisi D ke M, posisi gigi berada di gigi 2. Nah, iseng-iseng transmisi dipindah ke posisi gigi 1, dan mesin berteriak hingga 6.500 rpm, padahal redline ada di angka 6.000 rpm.

Ini bisa jadi disebabkan oleh barisan kode alias coding untuk robot yang memindahkan gigi di girboks i-AMT ini. Pendapat kami tetap, AMT masih tidak begitu enak, tapi ini sedikit lebih baik daripada milik Ignis, dan kami bisa jelaskan kenapa. Dengan mesin yang lebih besar, tenaga dan torsi juga lebih besar, robot AMT Cortez tidak perlu turun gigi dengan RPM drop yang terlalu ekstrim (misalnya hingga di bawah 2.000 rpm), sehingga rasanya bisa lebih halus.

Tak berselang lama kami sampai di Plataran Bromo, dimana suhu sudah cukup dingin dengan kondisi hujan lebat dan kabut. Rehat sejenak, kami meneruskan perjalanan ke kawasan Pasir Berbisik yang sudah terkenal menjadi destinasi wisata jika ke kawasan Gunung Bromo. Apakah jalanan membaik? Tidak, karena hujan masih lebat, kabut masih turun, dan tanjakan justru makin ekstrim. Ada posisi di mana kami harus berhenti total di tanjakan yang terjal karena harus bergantian jalan dengan mobil yang turun. Pada kondisi ini, kinerja dari Auto Vehicle Hold yang menahan rem parkir elektronik di Wuling Cortez sangat membantu untuk menjaga mobil tetap diam selama yang diperlukan. Tak terasa 3 jam telah ditempuh, dan kami perlahan mulai memasuki turunan menuju Pasir Berbisik, sebuah alarm bergambar kopi yang menunjukkan bahwa kami sudah lama mengemudi pun muncul.

Turunan menuju Pasir Berbisik sendiri bisa dikatakan cukup terjal, dimana engine brake berperan cukup baik di kondisi ini, Ya memang mobil ini manual sih. Adanya sunroof pun membantu para awak media yang ingin mendokumentasikan perjalanan bersama Wuling Cortez ke Bromo ini. Sayangnya, kami agak telat sampai di Pasir Berbisik, karena ada beberapa kendaraan lain yang bukan dari rombongan kami terlihat mogok di jalan sehingga memaksa kami untuk berhenti dan menunggu jalanan bisa dilewati. Kami pun mengabadikan momen di Pasir Berbisik, dan berjalan melewati jalanan pasir menuju tempat peristirahatan hari pertama di Jiwa Jawa Resort.

Hari kedua, saatnya berjalan turun menuju Probolinggo, dimana jalanan yang diambil cukup berliku dan juga tak mulus berkat adanya beberapa titik yang sedang melakukan pembangunan tol. Disini suspensi dan handling dari Wuling Cortez kembali bisa kami eksplorasi. Suspensinya nyaman, karena terbukti dengan dua awak media di kabin tengah yang tertidur pulas. Untuk handing sendiri tentunya ringan khas mobil jaman now, sehingga kami cukup ragu apakah setir akan memberat di kecepatan tinggi. Perjalanan kami berlanjut menuju Kaliandra, sebuah resort bertemakan klasik yang menjadi lokasi shooting film “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck“. Lepas dari Kaliandra, kami kembali refreshing dengan bermain mini Golf di kawasan Taman Dayu Golf, Pandaan.

Nah, selepas dari Taman Dayu, eksplorasi kembali berlanjut. Saatnya masuk ke pintu tol Taman Dayu menuju exit Tol Gempol-Bangil. Ini juga jadi momen yang cocok untuk memeras peforma dari Wuling Cortez. Keraguan kami akan setir yang tak akan memberat di kecepatan tinggi pun akhirnya terjawab. Setirnya memberat sedikit di kecepatan tinggi. Saat kami berjalan santai di mode Eco, mesin akan memaksa transmisi untuk berputar maksimal di 2.000 rpm, sehingga shifting akan terjadi di 2.000 rpm. Namun, kaki kamipun gatal dan mengubah transmisi ke mode sport, dimana kondisi langsung berubah 180 derajat. Di mode ini, mesin akan berputar di angka 2.000 rpm keatas, dan saat kami kickdown, transmisi akan shifting di angka 4.000 rpm.

Raungan mesin VVT-i TECH 1.800 cc milik Wuling Cortez ini sendiri sejujurnya cukup mengganggu, karena memang suara mesin cukup masuk ke dalam kabin. Cruising dengan kecepatan 100 km/jam dengan mode sport sendiri cukup rata di sekitar 3.800 rpm. Kami juga sempat memacu kendaraan hingga kisaran 150 km/jam kurang sedikit di jalan tol. Lepas dari exit tol Bangil, kami bertukar dengan salah seorang teman media lain sudah senior dan kawakan. Beliau ternyata lebih berani lagi memacu mobil ini, mungkin untuk tahu limitnya di mana. Waktu itu, kami langsung memposisikan diri di bangku ketiga untuk merasakan suspensi belakangnya. Dan surprisingly, mobil ini masih nyaman dengan kecepatan tersebut, walau memang bukan mobil ternyaman sejagat raya.

Hari ketiga, praktis kami hanya akan berjalan di kawasan Surabaya saja, di mana kemacetan menjadi makanan harian di kota Pahlawan ini. Secara umum, Wuling Cortez lebih nyaman jika digunakan di mode sport, dimana respon mesin lebih terasa untuk kondisi stop and go. Aneh, harusnya mode Eco paling pas buat macet-macetan dan irit-iritan, ini malah mode Sport yang cocok. Kalau kalian kepo tentang konsumsi BBM-nya, terakhir kami memantau MID ada di angkat 11,4 km/liter sejak mencapai Surabaya. Di lain waktu, saat kami menanjak di kawasan Bromo MID menunjukkan angka 7,8 km/liter.

Kesimpulan

Secara umum, mobil ini benar – benar memberikan kejutan pada kami. Tiga kata yang bisa kami katakan adalah Feeling is Believing. Cobalah, maka kalian akan tahu rasanya. Pemikiran yang negatif dan pesimis yang kami lontarkan di awal mampu dibuktikan oleh Wuling Cortez dengan mampu mendaki Gunung Bromo, nyaman digunakan di jalanan rusak, dan juga fitur-fitur seperti AVH dan EPB yang jelas berguna untuk kami. Nah, apakah mobil ini sempurna?

Jelas tidak, masih ada banyak kekurangan dan juga pekerjaan rumah bagi Wuling Cortez. Transmisi i-AMT-nya memang lebih halus dari milik tetangga, namun tentunya hentakan dari shifting-nya tak bisa dipungkiri, walau mungkin akan menjadi sensasi menarik bagi beberapa orang. Tapi kebanyakan mobil keluarga tujuannya adalah kenyamanan seluruh penumpangnya, tidak ada yang cari sensasi jambakan setan dan lemparan iblis di mobil seperti ini. Untuk itu, perpindahan gigi yang halus dan tenang bakal lebih menjual daripada jambakan dan hentakan.

Menggunakan transmisi ini sendiri memang perlu adaptasi. Serius, kami sendiri baru bisa membiasakan diri di hari kedua untuk membawa transmisi AMT milik Wuling Cortez ini secara halus. Pedal rem dari Wuling Cortez ini sendiri juga menjadi salah satu kekurangan. Pedalnya keras dan agak susah untuk ditakar atau dibaca. Absennya rear defogger juga membuat visibilitas kebelakang saat kaca mengembun menjadi kurang baik. Jok kulit sintetis yang keras pun juga menjadi pekerjaan rumah bagi Wuling Cortez.

AC dari Wuling Cortez ini sendiri juga cukupan, karena ada beberapa kondisi dimana kami merasa AC-nya kurang dingin. Namun secara umum, fitur-fitur yang ditawarkan, kenyamanan suspensi, setir dengan EPS yang oke, dan juga kabin yang lega dan nyaman menjadi nilai tambah yang susah kalian dapatkan dengan kualitas yang sama namun harga di bawah 300 jutaan.

Jadi, kesimpulannya, mobil ini masih overkill dengan apa yang ditawarkan. Jika kalian bisa tolerasi segala kekurangan mobil ini, Wuling Cortez jelas bisa menjadi salah satu tawaran yang menarik bagi kalian yang mencari MPV bongsor yang nyaman dan juga menawarkan fitur yang melimpah. Sama seperti Confero, ia mungkin bukan yang paling menggugah buat dibawa sendiri, namun sebagai mobil keluarga yang nyaman dan lengkap, ia hampir meng-cover seluruh aspek vital. Nah, pilihan tentunya kembali lagi ke kalian, apakah kalian tertarik dengan Wuling Cortez ini atau tidak. Coba saja, dan rasakan sendiri.

What We Like

– Suspensi dan kaki – kaki

– Radius Putar

– Setir dengan EPS yang bisa menyesuaikan Kecepatan

– Auto Headlamp & Wiper

– Auto Vehicle Hold & Electronic Parking Brake

– Kabing Yang Nyaman

– Sistem Infotainment + Navigasi

What We Don’t Like

– Raungan mesin

– Bahan Jok Sintetis yang Keras

– Tak ada Defogger

– Pedal Rem keras

Shifting Transmisi Yang Tak Halus

Seriusi Toyota Supra 2019, Toyota Tak Hanya Mengacu ke BMW!

$
0
0

AutonetMagz.com – Sudah setengah jalan bagi Toyota dalam mendevelop Toyota Supra baru. Mereka sudah mengonfirmasi kalau kode Toyota Supra 2019 akan berkode A90, meneruskan dari Supra A80 (JZA80) dan Supra A70 yang menjadi pendahulunya. Tetsuya Tada, orang yang juga mempelopori duet kembar Toyota 86 dan Subaru BRZ lumayan terbuka soal apa yang Toyota siapkan demi menghidupkan Supra lagi.

Bukan rahasia kalau Toyota bekerja sama dengan BMW untuk menghadirkan Supra dan Z4 buat masing-masing merek. Toyota memastikan Supra bakal pakai mesin 6 silinder turbo, karena itulah yang diminta fans Supra.”Banyak fans bilang kalau Supra baru tidak pakai mesin 6 silinder, itu bukan Supra lagi namanya,” kata Tetsuya Tada, sekaligus demi alasan tradisi. Jelas, 4 generasi Toyota Supra selalu pakai mesin 6 silinder, khususnya klan mesin JZ yang kuat, tangguh, badak dan legendaris.

Demi handling, Toyota Supra akan dibuat dengan titik berat yang lebih rendah dari Toyota 86, termasuk bodi yang 2 kali lebih rigid daripada 86. Selain itu, Tetsuya Tada tidak mengharamkan soal varian hybrid, tapi entah pakai sistem hybrid-nya Toyota atau BMW. Menariknya, meski bekerja sama dengan BMW, Toyota tidak bilang kalau mereka cuma mengacu ke model-model sport baru BMW dalam menggodok Supra baru. Jadi, siapa yang menjadi benchmark atau patokan Toyota?

Ketika ditanya oleh Motor Trend soal mobil dari siapa yang telah diteliti oleh timnya, Tada-san menolak dengan mengatakan, “Tidak ada patokan atau benchmark yang jelas dalam hal model Supra ini. Tapi setiap kali ada model baru dari Porsche, kami pasti membeli dan mempelajarinya. Jadi itu salah satu referensi penting.” Mungkin ada beberapa mobil lain yang juga diteliti, tapi Tetsuya Tada lebih fokus ke Porsche.

Selain itu, diketahui kalau Porsche 911 baru yang berkode 992 akan dirilis tahun depan, dan di situlah akan muncul 911 hybrid. Bisa jadi Toyota akan turut mempelajarinya untuk menggodok Supra hybrid. Selain Toyota, Honda juga diketahui membeli beberapa unit Porsche untuk dipelajari dan diteliti dalam merancang supercar mereka, NSX. Apa opinimu? Sampaikan di kolom komentar!

Honda Urban EV, Mobil Listrik Gaya Retro Bisa Dipesan Awal 2019

$
0
0

AutonetMagz.com – Honda Urban EV Concept adalah salah satu mobil konsep yang kami suka, baik saat lihat di foto atau melihat langsung di Tokyo Motor Show kemarin. Mobil listrik ini dibungkus dengan filosofi Retro, namun jeroan mesin listriknya jelas modern. Inspirasi retronya adalah Honda Civic generasi pertama, dan responnya sangat bagus. Kebanyakan lebih tertarik kepada desain konsepnya daripada teknologi dan segala macamnya.

Yah, wajar, soalnya Honda enggan mengungkapkan detail mesin listrik Honda Urban EV saat dipamerkan. Pada acara Press Conference Geneva Motor Show 2018, Honda mengumumkan kalau Honda Urban EV versi produksi massal sudah bisa dipesan di awal 2019. Selain di Eropa, mobil ini juga akan memasuki pasar Jepang pada tahun 2020.

Philip Ross, Senior Vice President Honda Motor Europe mengatakan,“Untuk merespon masukan positif terhadap model ini, maka kami mulai membuka pemesanan Honda Urban EV pada awal 2019 dan memulai proses produksi di akhir 2019.” Honda Urban EV akan dirakit di Honda Automobile R&D Center, Wako dan dibangun diatas platform khusus mobil listrik, sehingga insinyurnya nanti bisa lebih bebas mengatur tata letak komponen seperti motor listrik, baterai dan lain-lain.

Menurut Autocar, Honda Urban EV akan disederhanakan saat dijual nanti. Sebagai contoh, jika Honda Urban EV Concept didesain sebagai mobil 4-seater, versi produksi nanti akan berkonfigurasi 5-seater. Layar besar nan panjang yang bertugas sebagai panel instrumen dan pusat sistem informasi itu pun akan diganti dengan panel instrumen dan head unit yang lebih konvensional. Ehem, kalau layarnya bisa kayak A-Class baru sih keren lho.

Untungnya, sumber yang sama menyampaikan kalau bentuk eksteriornya diusahakan tidak akan berubah banyak. Jelas, bentuk mobil seperti ini bakal sangat menarik di jalan, apalagi buat sebuah city car. Kami sih berharap suicide door dari versi konsep juga tetap dipertahankan, soalnya unik banget. Apa opinimU? Sampaikan di kolom komentar!

Mitsubishi Mirage Limited Edition Meluncur di Thailand

$
0
0

AutonetMagz.com – Jika kita mundur beberapa tahun silam, Mitsubishi Outlander Sport dan Mitsubishi Mirage sempat menjadi andalan dari pihak Mitsubishi Indonesia. Namun kini kedua mobil tersebut seolah tenggelam oleh kedigdayaan dari Mitsubishi Xpander yang harus diakui memang lebih sukses meraih hati masyarakat dibandingkan dengan SUV dan city car tersebut. Kini, Mitsubishi Mirage sendiri masih dijual, namun dengan update terakhir yang tak sebanyak versi luar negeri.

Nah, beda negara, bakal beda lagi nasib dari sebuah produk. Jika di Indonesia, Mitsubishi Mirage cenderung nanggung dalam hal ubahan, maka jelas berbeda dengan Mitsubishi Mirage versi Thailand yang cenderung all out dalam menambahkan fitur. Nah, baru – baru ini, pihak Mitsubishi Thailand juga kembali memberikan penyegaran pada lini produk Mitsubishi Mirage dengan menambahkan sebuah varian baru yaitu Mitsubishi Mirage Limited Edition. Mengusung tema ‘ Be Bold, Be Your Best ‘, pihak Mitsubishi Thailand mendandani Mitsubishi Mirage Limited Edition dengan tampilan yang sedikit berbeda.

Eksterior dari Mitsubishi Mirage Limited Edition ini kini menggunakan skema dual tone dengan hero color berwarna Merah yang dipadukan dengan atap berwarna hitam, spion berwarna hitam, pilar – pilar berwarna hitam dan juga velg berwarna hitam. Nah, kalau kalian tak mau warna merah, tenang saja, ada kok warna putih di Mitsubishi Mirage Limited Edition, syaratnya satu, kalian belinya di Thailand ya. Tampangnya masih sama dengan Mitsubishi Mirage versi Indonesia, namun jelas dengan lampu HID Proyektor, LED DRL, lampu belakang LED, dan juga LED positioning lamp. Lebih cakep? Jelas.

Masuk ke sisi dalam, tampilan interior dari Mitsubishi Mirage Limited Edition ini masih kurang lebih sama dengan versi Indonesia. Namun bersyukurlah karena terlihat di foto, mobil ini menggunakan AC model putar – putar, walaupun sistem infotainment-nya sudah menggunakan layar sentuh. Tapi untuk urusan fitur, mobil ini sudah tak perlu diragukan. Mitsubishi Mirage Limited Edition mengusung Active Stability Control, Traction Control, Forward Collision Mitigation System (low speed), Radar Sensing Misacceleration Mitigation System, ABS, EBD, BA, HSA, dan juga kursi ISOFIX. Nah, untuk warna merah dan warna putih dari Mitsubishi Mirage Limited Edition ini ternyata beda harganya.

Varian berwarna Merah Metallic dijual dengan harga 564.000 Bath atau setara 248,1 juta Rupiah. Sedangkan untuk varian dengan warna putih akan dilepas dengan harga 571.000 Bath atau setara 251 Juta Rupiah. Mitsubishi Mirage Limited Edition akan mengandalkan mesin 1.200cc Tiga Silinder yang sudah kita kenal, yang dipadukan dengan transmisi otomatis CVT. Jadi, bagaimana menurut kalian kawan? Yuk sampaikan pendapat kalian

Mitsubishi Colt Hatchback Akan Kembali di 2020

$
0
0

AutonetMagz.com – Kalian tahu Mitsubishi Colt? Mungkin jika kami mengatakan nama tersebut, yang kalian bayangkan adalah mobil dua pintu, bermesin tengah, dan juga punya bobot yang ringan. Yap, mobil yang ada di bayangan tersebut adalah Mitsubishi Colt L300 dan Colt T120SS. Namun bagaimana jika kami sebutkan Mitsubishi Colt Hatchback? Pasti ada yang tahu, namun tak sedikit yang merasa asing.

Menilik sejarah, Mitsubishi Colt Hatchback sendiri merupakan nama lain dari Mitsubishi Mirage, yang mulai diproduksi dari tahun 1978 hingga tahun 2002. Di tahun 2002, Mitsubishi Colt Hatchback sendiri mendapatkan rupa baru sebagai sebuah small hatchback bermesin 1,500cc 4A91. Tak asing dengan kode mesinnya? Yap, karena mesin tersebut menjadi basis pengembangan mesin Mitsubishi Xpander. Nah, di 2008, Mitsubishi Colt Hatchback mendapatkan facelift, dan hadir pula Mitsubishi Colt Plus di tahun 2013 silam. Karena kentalnya sejarah Mitsubishi Colt Hatchback dengan Mitsubishi Mirage, serta bergesernya Mitsubishi Colt Hatchback menjadi small hatchback, maka bisa jadi nantinya Mitsubishi Mirage akan memiliki nama lain Mitsubishi Colt Hatchback.

Ha? Bagaimana bisa? Bisa saja dong. Karena kabar terbaru yang kami kutip dari Autocar Jepang menyatakan bahwa pihak Mitsubishi Motor sedang mempersiapkan sebuah produk baru dengan segmen small hatchback yang akan berbagi platform dengan Renault Clio dan juga Nissan March terbaru. Jika melihat dua produk tersebut, salah satu produk dari Mitsubishi yang dirasa pas adalah Mitsubishi Mirage. Namun pihak Mitsubishi sendiri menyatakan akan membawa nama besar dari Colt untuk model terbaru ini, waw. Julian Quartier, Director of Sales & Marketing Mitsubishi Europe menyatakan segmen small hatchback yang dihuni Nissan March dan Renault Clio selalu menarik untuk diterjuni.

Apalagi, saat ini pihak Mitsubishi sudah punya jalan untuk menggunakan basis yang sama dengan kedua produk satu aliansinya itu. Mitsubishi Colt Hatchback sendiri dikabarkan akan menggunakan mesin tiga silinder Turbo milik Renault Clio terbaru yang dikabarkan akan hadir di tahun 2018 ini. Cartier menambahkan, bahwa untuk sebuah produk, maka sebuah nama adalah salah satu bagian terpenting. Dan untuk produk ini sendiri, nama besar dari Colt masih dianggap menjadi kandidat yang paling menjanjikan. Sehingga, kesimpulannya, nampaknya Mitsubishi Colt Hatchback berpeluang untuk kembali meroket, dan bisa jadi juga akan satu produk namun beda nama dengan Mitsubishi Mirage, seperti masa lalu.

Mitsubishi Colt Hatchback sendiri nampaknya baru akan hadir di 2020 mendatang, karena pihak Mitsubishi Motor sudah mengkonfirmasi bahwa tak akan ada produk yang benar – benar baru dari pihaknya hingga tahun 2020 mendatang. Jadi, bagaimana kalau menurut kalian semua? Yuk sampaikan pendapat kalian kawan.


Mau Toyota 86 Turbo? Toyota Harus Pakai Sasis Baru

$
0
0

AutonetMagz.com – Duet Toyota 86 dan Subaru BRZ memang dihargai sebagai alat bersenang-senang yang relatif kompetitif dan lincah. Jika ada satu kekurangan yang kerap dilontarkan penggemarnya adalah tenaganya yang biasa saja. Jika yang berkantong tebal langsung menyiasatinya dengan engine swap, beberapa orang lebih memilih untuk pasang turbo atau supercharger sebagai solusi tenaga ekstra secara instan.

Tapi pastinya ada yang kepo, kenapa sih Toyota 86 tidak langsung pakai turbo saja dari sananya? Yah, untuk generasi ini, sepertinya Toyota 86 tetap tidak akan dapat turbo atau suntikan tenaga paksa apa pun.”Saat saya meluncurkan 86, saya langsung dicecar pertanyaan dari seluruh dunia soal ‘kapan ada 86 turbo’. Saya yakin saya sering bilang takkan ada versi turbo, dan ada yang bilang kalau pak Tada tak suka turbo,”kata Tetsuya Tada, kepala insinyur pemimpin proyek Toyota 86 dan Supra.

Itu tidak sepenuhnya benar. Saya suka turbo kok, tapi kalau kita pasang turbo buat Toyota 86 untuk mendapat tenaga lebih, nantinya kami harus mengubah konfigurasi dasarnya secara total, supaya mobilnya memiliki rasa dan hasil sesuai dengan yang saya mau,” kata Tetsuya Tada kepada CarAdvice. FYI, Toyota 86 dan Subaru BRZ pakai mesin boxer 4 silinder 2.000 cc non turbo dengan tenaga sekitar 200 hp-an.

Tada-san bilang, Toyota 86 yang sekarang didesain agar terasa gesit dan lincah, maka dari itu ia sangat peduli kepada distribusi bobot.”Salah satu ciri khas 86 adalah distribusi beratnya sedikit condong ke depan, makanya handling mobil ini jadi lebih cekatan dan sigap. Jadi kalau kita mau bikin 86 turbo, kita harus ubah distribusi bobot dan keseimbangan dasar di bagian depan dan belakang mobil ini.”

Artinya, kita harus buat platform atau sasis baru, jadi bukan soal modifikasi sedikit atau penggantian komponen di sektor mesin saja,” tutup Tada-san. Buat yang masih komplain soal power, ya mungkin harus tunggu kapan Toyota mau pasang turbo, atau pasang turbo sendiri saja. Buat yang tidak mempersoalkan, selamat menikmati mobilmu. Ayolah, tanpa turbo saja mobil itu sudah sangat asik kok. Apa opinimu? Perlukah 86 pakai turbo atau cukup naturally aspirated saja? Sampaikan di kolom komentar!

Nissan Terra & Serena Terbaru Masuk Indonesia Tahun Ini!

$
0
0

AutonetMagz.com – Kalau kita bicara perihal Nissan di Indonesia, mungkin beberapa dari kalian akan satu suara mengatakan bahwa kini Nissan agaknya kurang cepat dalam hal menambah variasi produk terbarunya untuk pasar Indonesia. Lihat saja Nissan Grand Livina yang sudah menua, Nissan March yang juga sama, pun begitu dengan Nissan Juke. Nah, namun kali ini kabar yang sampai ke kami justru menunjukkan gejala yang positif.

Dari seorang sumber yang bisa dipastikan keabsahan informasinya ini kami memperoleh bisikan bahwa Nissan Motor Indonesia (NMI) punya sedikit kejutan untuk konsumen setianya di tanah air. Mereka akan membawa dua produk terbaru mereka yaitu Nissan Serena terbaru dan yang cukup mengejutkan adalah Nissan Terra, sebuah SUV yang masih satu basis dengan Nissan NP300 Navara. Kabar ini sendiri memantik asa yang baik bagi NMI yang selama ini memang seolah stagnan dengan produk – produk yang sudah mereka jual. Kehadiran dari Nissan Serena terbaru sendiri menjadi jawaban atas tantangan dari Toyota melalui Toyota Voxy yang sukses terjual dengan angka yang baik.

Nah, sedangkan untuk Nissan Terra, nampaknya pihak NMI melihat bahwa pangsa pasar SUV Ladder Frame memang menggiurkan. Terbukti dengan keberanian dari Isuzu dan Chevrolet untuk masuk di pasar ini dan menantang duo penguasa Toyota Fortuner dan Mitsubishi Pajero Sport. Nissan Terra sendiri sebenarnya pernah kami bahas sebelumnya, dimana mobil ini sudah menampakkan wujudnya di China, dan kabarnya akan secara resmi diperkenalkan pada Beijing Auto Show 2018 mendatang. Selain China, pihak Nissan juga akan memproduksi Nissan Terra di Thailand, negara yang juga memproduksi Nissan Navara NP300 yang juga menjadi pengekspor unit double cabin tersebut ke Indonesia.

Praktis, dengan diproduksinya Nissan Terra di Thailand, maka pihak NMI akan mudah menghadirkan Nissan Terra di Indonesia. Sang sumber sendiri belum mau mengatakan kapan tepatnya Nissan Terra dan Nissan Serena terbaru akan hadir di tanah air, namun sumber mengatakan bahwa hal tersebut akan direalisasi di tahun 2018 ini, menarik. Selain kedua mobil tersebut, sebenarnya NMI juga punya peluang untuk menyegarkan segmen crossover atau small SUV dengan membawa masuk Nissan Kicks. Peluang tersebut semakin besar karena Nissan Kicks kabarnya akan diproduksi di Malaysia, yang jelas akan membuat biaya impor dari Nissan Kicks ke Indonesia akan cukup terpangkas.

Nah, nampaknya dengan kabar ini, jelas pihak NMI ingin kembali menunjukkan bahwa kiprah mereka di Indonesia belum berakhir, dan tak bisa dipandang sebelah mata. Menarik tentunya menantikan kehadiran dari kedua produk baru mereka ini. Yuk kita tunggu saja, kalau menurut kalian bagaimana kawan? Yuk sampaikan pendapat kalian.

Mitsubishi Xpander Rajai Segmen LMPV di Februari 2018!

$
0
0

AutonetMagz.com – Seperti yang sudah kami sampaikan sebelumnya, tahun 2018 ini akan menjadi tahunnya mobil tujuh penumpang, karena memang persaingannya sangat amat sengit. Bukan mau hiperbola, namun kenyataannya memang seperti itu, dan pernyataan ini didukung oleh data wholesales Gaikindo yang menunjukkan sang newbie yaitu Mitsubishi Xpander sudah mencoba untuk menggeser tahta Toyota Avanza, dan hasilnya? He did it.

Yap, Mitsubishi Xpander per bulan Februari 2018 ini berhasil melengserkan Toyota Avanza dari posisi pemuncak di segmen LMPV. Sebuah kejadian yang langka, dan nampaknya akan menjadi capaian yang memuaskan bagi pihak Mitsubishi Motor Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI). Mitsubishi Xpander sendiri secara wholesales terkirim sebanyak 7.400 unit selama bulan Februari 2018 silam, sedangkan sang rival yaitu Toyota Avanza 6.773 unit sepanjang bulan yang sama. Executive General Manager Toyota Astra Motor (TAM) Fransiscus Soerjopranoto mengatakan bahwa walaupun secara wholesales produk mereka turun, namun secara retail sales Toyota Avanza diklaim masih di angka 7.000-an unit.

Menambahkan pernyataan dari Pak Soerjo, Rouli Sijabat, Manager Humas TAM mengatakan bahwa kehadiran dari All New Toyota Rush juga menjadi salah satu efek menurunnya wholesales dari Toyota Avanza. Rouli mengatakan bahwa permitaan yang tinggi dari All New Toyota Rush menyebabkan SUV ini mendapatkan prioritas dalam hal produksi, mengingat jalur produksi kedua mobil ini yang sama. Nah, dari pihak MMKSI yaitu Bapak Imam Chaeru yahya mengatakan bahwa fokus dari pihaknya sendiri kini adalah memenuhi dan mempercepat pengiriman unit Mitsubishi Xpander kepada konsumen. Seperti yang kita tahu, inden yang mengular sendiri adalah masalah lain yang muncul dari Mitsubishi Xpander.

Yah, apapun kondisi yang terjadi di balik layar, kenyataannya data memang berbicara bahwa kini Mitsubishi Xpander telah berhasil menggeser posisi Toyota Avanza. Tak perlu berdebat perkara ini, karena memang datanya sudah hadir, yang perlu menjadi fokus kedua pabrikan ini adalah, siapa pemuncak di bulan – bulan berikutnya? Nah, kalau masalah itu, biarlah sang waktu yang menjawab. Salah satu pesaing yang secara dimensi cukup mirip – mirip dengan Mitsubishi Xpander yaitu All New Toyota Rush sendiri pada bulan Februari 2018 silam berhasil membukukan angka 3.575 unit.

Kesuksesan dari Mitsubishi Xpander ini sendiri merupakan sebuah capaian yang positif, jelas MMKSI harus mempertahankannya. Bagi Toyota, nampaknya generasi terbaru dari Toyota Avanza mutlak diperlukan, apalagi kabarnya pihak Suzuki juga sedang menggodok Suzuki Ertiga baru untuk pasar Indonesia dalam waktu dekat ini. Jadi, kalau menurut kalian bagaimana?

Subaru Viziz Tourer, Crossover Wagon Modern

$
0
0

AutonetMagz.com – Sejatinya mobil wagon memang diperuntukan sebagai mobil keluarga, dengan pengendalian khas sedan namun kepraktisan layaknya sebuah SUV yang menjadi nilai jualnya. Sayang mobil jenis ini kurang laku di Indonesia, padahal dalam jajaran mobil klasik maupun retro, harganya menjulang sekali lho..

Subaru Viziz Tourer pun seakan ingin membuat konsumennya tersihir dengan pesonanya, tidak melulu sebuah wagon harus membosankan kok. Subaru tetaplah Subaru, masih mengandalkan penggerak AWD dan layout crossover sejati.

Soal dimensi, sayangnya ia hanya sanggup mengangkut 4 orang dewasa, seharusnya dengan bodi yang besar, setidaknya akomodasi untuk 5 orang dapat diusungnya. Namun, siapa yang tidak setuju bahwa garis bodinya cukup positif dilihat? Berpadu dengan grill, fender, buritan dan citra keseluruhan yang agresif, kami sih merasa ini te-o-pe banget.

Perihal teknologi, mobil ini menggunakan driver assist bernama EyeSight driver system yang bekerja dengan menggunakan radar dan navigasi berbasis GPS. Tidak ada yang namanya kecelakaan jika Anda menaiki mobil ini, masa iya sih? Kalau tabrak belakang atau samping bagaimana? Ya tetap saja pengemudi wajib hukumnya untuk berhati – hati.

Tidak ada detail lebih lanjut dari mobil yang tampil di Geneva ini, semoga saja bisa cepat masuk jalur produksi, ya setidaknya di tahun 2020 dan mungkin bisa menjadi next generation Levorg, itu tuh wagon berbasis Impreza dari Subaru. Oh ya lupa, Subaru kan sudah tidak dijual disini, untuk apa berharap banyak ya…?

Tur Pabrik Mercedes-Benz : Sedan, SUV dan Truk pun Kini CKD

$
0
0

AutonetMagz.com – Bukan rahasia lagi kalau Mercedes-Benz punya pabrik perakitan mobil yang sudah lama beroperasi di daerah Wanaherang, Bogor. Minggu lalu, Mercedes-Benz Indonesia mengundang lebih dari 80 anggota baik Mercedes-Benz Club Indonesia, yang terdiri dari lebih dari 7.000 members dengan 90 varian klub yang telah didirikan sejak tahun 2004, untuk hadir pada acara factory tour alias tur pabrik yang digelar di pabrik Wanaherang.

Selama lebih dari 120 tahun, Mercedes-Benz telah hadir di Indonesia. Kendaraan bermotor pertama di Jawa adalah Benz Victoria Phaeton, yang dimiliki oleh Kesultanan Solo, Pakoe Boewono X, pada tahun 1894. Sejak saat bersejarah tersebut hingga kini, Mercedes-Benz selalu merefleksikan elegan dan menghadirkan kemewahan. Pada saat yang bersamaan masing-masing model kendaraan menawarkan karakter yang unik, baik itu S-Class maupun G-Class” tutur Roelof Lamberts, Presiden & CEO PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia.

Kami sebenarnya sudah pernah ke sini saat perkenalan Mercedes-Benz E-Class CKD, namun yang menarik bagi kami bukan mobil-mobil normal Mercedes-Benz. Ya, seperti yang bisa dilihat, di sini Mercedes-Benz merakit lokal nyaris semua model intinya. C-Class, E-Class, S-Class, GLC-Class, GLE-Class dan GLS-Class, semua dirakit di sini. Namun bagaimana kalau kami lebih kepo dengan proses perakitan truk Mercedes Benz?

Ya, lebih tepatnya truk Mercedes-Benz Axor 2528. Truk besar ini rupanya sudah CKD. Urusan asal komponen yang akan dirakit nantinya, rupanya tidak hanya berasal dari 1 negara saja untuk semua model Mercedes-Benz. Ada komponen yang diimpor dari Brazil, ada yang dari Amerika dan ada yang dari Jerman. Komponen dari Jerman biasanya untuk sedan, dari Amerika untuk SUV dan dari Brazil untuk kendaraan niaga.

Pabrik ini dilengkapi dengan Pusat Persiapan dan Logistik Kendaraan Terpadu (Intergrated Vehicle Preparation Center and Logistics) untuk kendaraan penumpang maupun kendaraan niaga. Tim Audit Pengawasan dari Jerman akan selalu mengawasi keseluruhan proses produksi, metode kerja, keterampilan dan pengetahuan dari para rekan kerja di Indonesia dengan mengikuti pedoman dari Daimler AG. Semoga berikutnya C43 AMG bisa CKD seperti di Thailand ya!

Volkswagen Beetle Telah Resmi Disuntik Mati!

$
0
0

AutonetMagz.com – Sebuah kabar duka kembali hadir di ranah otomotif internasional, namun bukan kabar berpulangnya seorang tokoh di dunia otomotif, melainkan dihentikannya produksi dari sebuah mobil, dan mobil ini adalah Volkswagen Beetle. Sebenarnya isu diskontinyu dari Volkswagen Beetle sendiri bukan isu baru, tapi kali ini pihak Volkswagen Group finally made it official.

Yap, dikutip dari AutoEvolution, Frank Welsch, Chief of Research & Development Volkswagen mengatakan bahwa dua hingga tiga generasi untuk sebuah Volkswagen Beetle dirasa sudah cukup. Welsch menambahkan, sejauh ini pihaknya merasa tak perlu ada generasi – generasi berikutnya dari Volkswagen Beetle. Seperti yang kita tahu, Volkswagen Beetle yang dijual saat ini merupakan unit yang pertama kali diperkenalkan di tahun 2011 silam, dimana pihak Volkswagen kembali menambahkan varian cabriolet di tahun 2014, serta memberikan penyegaran dua tahun silam di tahun 2016. Sebenarnya secara umum, tampang Volkswagen Beetle yang ada saat ini masih oke untuk tahun 2018 ini, namun masalahnya bukan karena itu.

Masalah utama ada pada platform yang digunakan oleh Volkswagen Beetle. Yap, masalah platform ini sendiri tak menjangkiti Volkswagen Beetle saja, namun juga Volkswagen Scrirocco, dan keduanya pun bernasib sama. Volkswagen Beetle sendiri dibangun dengan basis yang sama dengan Volkswagen Golf. Itu masalahnya? Bukan, namun masalahnya basis Volkswagen Golf yang digunakan oleh Volkswagen Beetle adalah Volkswagen Golf MK5, sedangkan saat ini Volkswagen Golf sudah ada di fase MK7, atau mungkin beberapa orang lebih suka menyebutnya MK7,5 berkat adanya beberapa ubahan tahun lalu. Jadi masalah utamanya jelas, platform-nya ketinggalan jaman.

Nampaknya, Welsch sendiri ingin segera ‘membunuh’ eksistensi dari Volkswagen Beetle karena masalah itu. Platform dari Volkswagen Beetle sendiri memang sudah tertinggal oleh basis baru yaitu MQB Platform yang digunakan oleh VW T-Roc dan calonnya VW Golf MK8. Kondisinya semakin memburuk karena setelah MQB Platform, pihak Volkswagen juga mencetuskan MEB Platform untuk mobil – mobil masa depan mereka yang menggunakan tenaga listrik. Nah, lalu apakah nantinya akan ada Volkswagen Beetle EV dengan basis MEB Platform, jangan terlalu berharap banyak. Yap, karena Volkswagen memang kini fokus dengan beberapa ser Volkswagen I.D. yang sudah mereka cetuskan seperti Volkswagen I.D. Buzz, I.D. Crozz dan juga I.D. Vizzion.

Tentunya diakhirinya daur hidup dari Volkswagen Beetle menjadi kabar sedih bagi beberapa car enthusiast yang tahu bagaimana rekam jejak nama besar Volkswagen Beetle di masa lalu. Namun memang kondisinya nampaknya memang membuat Volkswagen tak punya banyak pilihan. Nah, kalau menurut kalian bagaimana? Apakah nantinya Volkswagen Beetle harus bangkit dari kubur? Yuk sampaikan pendapat kalian.

Mitsubishi Tengah Kembangkan SUV Baru, Rilis Tahun 2020

$
0
0

AutonetMagz.com – Jika kita membahas perkara Mitsubishi, memang kini nama Mitsubishi Xpander tengah menjadi kabar hot untuk dibahas, namun sejatinya sebuah segmen yang paling ditekuni oleh pabrikan asal Jepang ini adalah segmen SUV. Namun jika kalian cek lagi, ada berapa banyak sih SUV racikan Mitsubishi yang kini dilepas ke pasar global? Ternyata cuma ada 6 produk saja.

Yap, kalian bisa kok menyebutkan keenam produk ini, mudah. Pertama, Mitsubishi punya duet Mitsubishi Outlander Sport alias Mitsubishi ASX alias Mitsubishi RVR bersama Mitsubishi Pajero Sport alias Mitsubishi Montero Sport yang dijual di Indonesia. Selain itu, Mitsubishi Pajero / Montero dan Mitsubishi Outlander juga ada. Lalu masih ada juga varian PHEV dari Mitsubishi Outlander dan terakhir adalah yang paling muda, yaitu Mitsubishi Eclipse Cross. Sudah? Yap sudah, cuma itu saja

Tentunya bisa dikatakan lini produk SUV dari Mitsubishi ini sangat ramping untuk sebuah pabrikan yang fokus ke segmen tersebut. Nah faktanya ternyata Mitsubishi bukannya diam saja, mereka tengah mengembangkan SUV yang baru. Namun Secara umum, walau cuma ada 6 buah SUV, kenyataannya hampir semua segmen SUV sudah ter-cover oleh produk Mitsubishi, namun pihak Mitsubishi masih membuka ruang untuk satu buah SUV lagi. SUV ini sendiri digadang – gadang akan menjadi rival bagi Ford Bronco. Hmmm, Memang menarik, karena Ford Bronco 2020 yang akan muncul tahun depan dibuat dengan basis dari Ford Ranger, namun dibuat berbeda tentunya daripada Ford Everest.

Nah, jika konsep pengembangannya sama, maka SUV baru dari Mitsubishi ini akan dikembangkan dari basis Mitsubishi L200 alias Mitsubishi Triton. Lho? Kan sudah ada Mitsubishi Pajero Sport? Iya memang, tapi bisa jadi SUV ini akan diberikan pembeda, seperti Ford Bronco dan Ford Everest yang pada kenyataannya satu basis. Lalu apakah SUV ini akan menjadi Mitsubishi Pajero Sport baru atau malah menjadi SUV lain? Waktu yang akan menjawab. SUV dari Mitsubishi ini sendiri tak akan hadir pada satu atau dua tahun ini, karena seperti pernyataan yang dibuat oleh Mitsubishi Motors di Geneva International Motor Show 2018, mereka tak akan mengeluarkan produk yang sepenuhnya baru sebelum tahun 2020 mendatang.

Jadi, praktis SUV ini baru akan menunjukkan batang hidungnya di tahun 2020 mendatang. Tsuneshiro Kunimoto, VP & GM Mitsubishi Design sendiri mengatakan pada AutoEvolution bahwa SUV ini akan menjadi pilihan yang baik untuk Mitsubishi, dan pada kenyataannya, pengembangan SUV ini sudah berjalan saat ini. Kepo seperti apa SUVnya? Tahan ya sampai 2020 mendatang. Bagaimana kalau menurut kalian kawan?


BYD Qin, Sedan Hybrid Baru Dari Dataran China

$
0
0

AutonetMagz.com – Bagi kalian yang mengikuti perkembangan otomotif Negeri Tirai Bambu, China, maka kalian jelas tak asing dengan merk BYD. Memang bukan merk yang akrab kita dengar seperti Wuling, DFSK, Baojun, dan Geely, namun pada kenyataanya BYD juga punya pangsa pasar yang bagus di China. Dan salah satu produknya sendiri sempat kami bahas beberapa kali yaitu BYD Song Max, itu MPV yang jadi penantang Toyota Innova. Nah, kali ini ada sebuah sedan yang juga menarik, dan produk ini bernama BYD Qin.

BYD Qin Yang saat ini Dijual

Nah, pada dasarnya BYD Qin sendiri bukanlah produk yang baru, karena saat ini saja sedan ini sudah dijual di China sana. Namun untuk unit yang dijual adalah unit model lawas, saat ini sendiri BYD Qin dijual dengan harga yang tak bisa dikatakan murah, yaitu 185.900 Yuan atau jika dikurskan ke Rupiah menjadi 404 jutaan Rupiah. Itu untuk varian paling murahnya, dan varian termahal dijual dengan harga 252.900 Yuan atau setara 550 jutaan Rupiah. Lho, kok mahal? Lihat dulu spesifikasinya kawan. BYD Qin yang dijual saat ini mengusung mesin 1.500cc Turbo berteaga 154 hp, itu untuk versi bensinnya. Sedangkan untuk versi listriknya menggunakan motor listrik yang memiliki tenaga maksimal di angka 218 hp.

BYD Qin Terbaru

Nah, di BYD Qin yang baru, pihak pabrikan akan menghadirkan sedan ini dalam skema Hybrid, namun unit EV tak akan disuntik mati, melainkan akan menyusul beberapa saat setelah versi Hybrid dilepas ke pasaran. Untuk mesin Hybrid-nya sendiri akan mengusung mesin 1.500cc Turbo bertenaga 151 hp dengan motor listrik yang hingga saat ini masih belum jelas berapa keluaran tenaganya. Namun bayangkan saja, Mesin Turbo + Motor Listrik dalam sebuah sedan? Seems Legit. Walau belum merilis spesifikasi motor listriknya, pihak BYD percaya diri mengklaim akselerasi dari BYD Qin dari keadaan diam hingga 100 km/jam bisa ditempuh dalam 5,9 detik dengan kecepatan maksimal di angka 200 km/jam.

BYD Qin Terbaru

Secara desain, BYD Qin terbaru ini terlihat menggunakan bahasa desain yang sama dengan BYD Song dan BYD Tang yaitu Dragon Face. Walau begitu, jika diamati ada beberapa detail yang mirip mobil – mobil lansiran Hyundai dan Honda, apalagi alis krom di lampu yang menyambung dari kanan ke kiri, Solid Wing Face banget kan? Nah, BYD Qin ini terlihat sudah menggunakan lampu LED model reflektor, sekali lagi mirip Honda, dengan bentuk bumper depan yang cukup sporty. Sisi sampingnya terlihat agak mirip Honda Accord terbaru versi US, namun kami tak suka melihat velg-nya yang terkesan kurang wah. Sisi belakang dari BYD Qin ini sendiri menggunakan lampu belakang model menyambung, yang entah mengapa bentuknya mirip Toyota Corolla Altis yang dijual di Indonesia.

Secara umum, BYD Qin hadir dengan sebuah racikan yang kesannya gado – gado, namun tawaran mesin hybrid-nya cukup menarik. Secara desain, walau tak orisinil, BYD Qin sendiri masih nampak enak untuk dipandang, walau sepertinya mobil ini tak murah. Oiya, mobil ini akan muncul di Beijing International Auto SHow 2018 mendatang. Kalau menurut kalian bagaimana?

Sumber Foto : MIIT Gov China

Honda Buka Lomba Livery Civic Type R, Desain Pemenang Dibawa ke IIMS 2018

$
0
0

AutonetMagz.com – Honda Civic Type R sepertinya masih jadi bintang buat Honda Indonesia. Terbukti, Honda sekarang berusaha menggandeng para penggiat bidang desain digital, sebab PT Honda Prospect Motor (HPM) menggelar ajang “Honda Decal Competition” sebagai wadah untuk menampilkan kreativitas para peminat desain stiker mobil di Indonesia. Kontes ini akan berlangsung selama periode 12 Maret – 5 April 2018 dan terbuka untuk masyarakat umum.

Sesuai dengan namanya, peserta akan mendesain livery, stiker atau body graphic yang original, cocok dan bisa diaplikasikan di bodi Honda Civic Type R. Tema yang ingin diangkat adalah sporty atau racing, dan karya yang menjadi pemenang pertama akan direalisasikan di bodi sebuah Civic Type R asli untuk dipamerkan di booth Honda, tentu saja di pameran IIMS 2018 nanti. Selain itu, ada hadiah uang tunai 10 juta Rupiah dan taxi ride oleh pembalap pro dengan Civic Type R di sirkuit.

Selain gelar pemenang utama, ada juga gelar Social Media Winner yang berhak mendapatkan hadiah uang tunai sebesar 5 juta Rupiah. Nominasi lainnya juga akan mendapat sertifikat pengakuan sebagai nominasi pemenang 5 besar kompetisi digital competition Honda Civic Type R. Seluruh karya peserta akan dipilih oleh tim juri yang terdiri dari tiga orang yang berpengalaman dalam modifikasi dan karya digital. Syarat dan ketentuan ada di website Honda Indonesia.

Pemenang 5 besar “Honda Decal Competition” akan diumumkan pada tanggal 10 April 2018 melalui pemberitahuan via email dan kegiatan offline, sedangkan unveiling Honda Civic Type R dengan desain body graphic buatan pemenang pertama akan dilakukan pada tanggal 20 April 2018. Tidak hanya itu, masyarakat juga dapat memberikan suara untuk desain favorit pada kategori Social Media Winner yang dilakukan melalui Instagram pada tanggal 10 April 2018.

Jonfis Fandy, Marketing and After Sales Service Director PT Honda Prospect Motor mengatakan, “Mobil-mobil Honda selama ini telah identik dengan gaya yang stylish dan mudah dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan kepribadian pemiliknya. Decal atau body sticker merupakan alternatif modifikasi yang populer saat ini karena lebih mudah dan lebih murah. Karena itu, kami menggelar kontes ini untuk menampung antusiasme para graphic designer serta mendorong kreativitasnya untuk memberikan inspirasi kepada masyarakat.”

Jadi, buat kamu yang merasa punya bakat dalam mendesain stiker bodi mobil, langsung join saja, siapa tahu desainmu yang jadi juaranya. Oh ya, sedikit saran, jika kamu mau memainkan livery dengan warna hitam, merah dan putih, berhati-hatilah agar tidak mirip Gazoo Racing-nya Toyota atau livery Nissan GT-R GT3. Intinya sih kreatif saja, namun berhati-hatilah agar tidak mirip dengan livery lain yang sudah ada duluan. Berminat?

Aston Martin Lagonda Vision Concept: Mobil Listrik Seksi dari Inggris

$
0
0

AutonetMagz.com – Berita mengenai mobil listrik memang bukanlah hal baru pada jaman now. Meski begitu, penggunaan mobil listrik di negara kita sendiri masih jauh dari gambaran umum. Mobil listrik di negara ini masih suatu hal yang tidak biasa, terlihat wah, gambaran masa depan dan banyak mengundang kontroversi.
Adalah Lagonda, mungkin kurang familiar, tetapi Lagonda adalah sebuah pabrikan pembuat mobil mewah di Eropa sana yang telah di beli oleh Aston Martin sejak 1947. Penciptaan mobil ini mengukuhkan mereka sebagai brand mobil mewah pertama yang nihil emisi gas buang. Yap, Tesla yang tidak termasuk dalam brand mobil mewah saja sudah mahal, apalagi yang ini ya?

Eits, memangnya mobil ini sudah lampu hijau produksi? Yap, 2021 akan menjadi debut mereka dalam menjual Vision. Jika kalian melihat bentuknya mungkin akan skeptis, namun siapa yang tahu masa depan? Bisa jadi pada tahun 2021 mendatang model mobil seperti ini menjadi umum. Sayangnya memang secara dimensi mobil ini terlampau besar, dengan panjang 5,3 meter, akan cocok untuk orang Eropa, untuk pasar Asia sepertinya berlebihan. Tidak tanggung – tanggung, orang dengan tinggi 2 meter akan nyaman berada di semua posisi, pun apabila ke-4 penumpang memiliki postur yang sama.

Thanks to the architect? yap, mesin listrik memang memiliki keunggulan dalam hal akomodasi, motor listrik tidak besar, sementara baterai bisa pipih berada di kolong. Ingat kan Tesla Model X yang sanggup memuat 7 orang dewasa?

Berbicara soal mobil listrik, sudah selayaknya mobil ini mendapat figur akselerasi yang kencang, serta yang paling penting seberapa tahan ia dibawa melaju jauh. Meski tidak ada data performa, kabarnya mobil ini dapat melaju sejauh 640 km dan tersedia metode pengisian daya secara wireless. Melihat bentuknya sih antara suka dan tidak, namun secara desain interior, nampaknya nyaman sekali. Bagaimana pendapat kalian?

Subaru Siap Korbankan Transmisi Manual Demi Urusan Keselamatan

$
0
0

AutonetMagz.com – Bagi kids jaman now, sebuah mobil bertransmisi otomatis bukanlah sesuatu yang wow, justru bagi beberapa orang transmisi manual adalah sesuatu yang wow. Maksudnya, ‘wow harus injak kopling’ atau ‘wow, nggak bisa pakainya’. Memang tak bisa dipungkiri bahwa hadirnya varian dua pedal membuat segalanya menjadi mudah, namun sensasi berkendara manual tak akan bisa tergantikan.

Dan hal inilah yang membuat pihak Subaru masih mempertahankan beberapa varian bertransmisi manual dalam lini produknya. Namun kabar terbaru, pihak Subaru dikabarkan siap untuk mengebiri pedal paling kiri dari tiga pedal mobil mereka demi urusan keselamatan. Lho? Apa hubungannya ya? Tenang, kami akan jelaskan lebih lanjut. Dalam sebuah kesempatan di sela – sela gelaran Geneva International Motor Show 2018, pihak Subaru UK yang diwakili oleh Mr. Chris Graham mengatakan kepada Auto Express bahwa sistem keamanan terbaru mereka yang diberi nama Eyesight Safety System tak bisa kompatibel dengan transmisi manual.

Seperti yang kita tahu, Eyesight Safety System milik Subaru ini menggunakan kamera stereo untuk beroperasi, dan akan mengaktifkan fitur Lane Departure Warning,  serta Cruise Control. Jadi secara umum, Eyesight Safety System adalah cikal bakal sistem mengemudi otonom dari Subaru, dan memang secara umum cukup susah jika dipadukan dengan transmisi manual yang masih membutuhkan modul lain untuk menginjak koplingnya, jadi seperti AMT dong. Jadi, secara umum, Mr Graham mengatakan bahwa tak ada kabar bahwa Eyesight Safety System akan hadir di mobil bertransmisi manual, senada dengan tak jelasnya perkembangan transmisi manual untuk mobil masa depan Subaru.

Pihak Subaru sendiri tak mau ‘menodai’ apa yang mereka capai melalui Eyesight Safety System dengan menawarkan mobil manual tanpa sistem keamanan mereka tersebut. Mr Graham menambahkan, bahwa pihaknya sudah bertahun – tahun menggaungkan keamanan dari mesin Boxer dan sistem gerak AWD Simetrikal mereka. Namun kali ini, pihaknya tak hanya akan mengandalkan sasis, mesin boxer dan penggerak AWD mereka saja dalam hal keamanan, namun juga sistem Eyesight Safety System. Jadi, intinya, jika dihadapkan pada pilihan transmisi manual tanpa Eyesight Safety System dan otomatis dengan Eyesight Safety Systemmaka kalian sudah tahu kan apa jawaban Subaru? Yap, pilihan kedua.

Lalu saat disinggung mengenai sebuah Subaru WRX STI, Mr Graham mengatakan bahwa sang mobil memang harus bertransmisi manual, itu untuk saat ini. Kedepannya? Tak jelas, namun beliau sempat menyinggung BMW M-Series yang menggunakan transmisi otomatis, dan mengatakan bahwa segalanya bukanlah akhir. Beliau juga menambahkan bahwa akan sangat menarik jika suatu hari nanti ada WRX STI Hybrid yang punya figur akselerasi yang menarik. Kalau menurut kalian bagaimana? Inikah akhir dari era mobil berkopling manual?

Bugatti Chiron Sport : Varian Kentjang dari Mobil Kentjang

$
0
0

AutonetMagz.com – Rasanya baru kemarin – kemarin ini Bugatti Veyron mampir ke Indonesia dengan harga yang mencengangkan, dan di Geneva International Motor Show, hal itu mah sudah basi. Ya, menurut kami agak lucu jika suatu mobil diluncurkan di Indonesia padahal di dunia varian selanjutnya sudah keluar, jadi agak gimana gitu, lain ceritanya dengan Tesla P100D yang mampir ke Indonesia.

Kembali ke Bugatti Chiron, gelaran tahunan yang bertempat di Swiss ini menjadi tempat bagi Bugatti Chiron untuk memamerkan varian kencangnya. Standarnya saja sudah kencang, mau diapain lagi sih bos? Bugatti sendiri berujar bahwa mobil ini memiliki handling dan kelincahan yang meningkat signifikan dibandingkan Bugatti Chiron biasa.

Hal ini tercipta berkat velg super ringan dan penggunaan serat karbon dimana – mana, sampai – sampai wipernya saja pakai serat karbon. Hal ini berimbas kepada berat yang terduksi hingga 18 kg. Untuk urusan lain, suspensi juga turut diperkeras 10% dan sistem kemudi juga turut diberikan ubahan.

Meski diatas kertas tidak ada perubahan angka yang berarti, Bugatti Chiron Sport dapat 5 detik lebih cepat dari standar untuk melahap sirkuit Nardo. Tidak tanggung – tanggung, mereka mengatakan mobil ini sanggup menikung dengan kecepatan 200 km/h. Logis sih, mesin tidak berubah tapi bobot lebih ringan akan meningkatkan power to weight ratio.

Jika kalian ingin memesannya, siapkan uang setidaknya 3,672 juta Dollar dan siapkan hati yang sabar karena mobil ini baru bisa diantarkan ke konsumen di akhir tahun 2018. Bertengger dengan varian Italian Red, Bugatti Chiron Sport menjadi mobil termahal di pagelaran Geneva Motor Show. Bagaimana? Apakah kalian suka melihatnya?

Viewing all 9854 articles
Browse latest View live